5 Bahaya Digitalisasi

 

Salam pengetahuan_ Ada lima ancaman digitalisasi yang menimbulkan ketakutan dalam hati banyak orang.

1. Otomatisasi dan Kehilangan Pekerjaan

Saat bisnis memasukan teknologi otomatis seperti robot dan AI dalam prosesnya, beberapa orang pasti akan kehilangan pekerjaan.

Otomatisasi bertujuan mengoptimalkan produktivitas dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dan meningkatkan keterandalan. Namun, tidak semua perkerjaan akan berisiko. Pekerjaan repetitif, yang memiliki nilai rendah dan rentan terhadap kesalahan manusia adalah hal yang mudah dilakukan oleh otomatisasi proses robotik (robotic process automation, RPA). Akan tetapi, pekerjaan yang membutuhkan empati dan kreativitas manusia akan sulit digantikan.

Ancamannya juga tidak merata secara global. Di negara maju, di mana biaya tenaga kerja lebih tinggi, dampak otomatisasi terhadap efisiensi akan lebih signifikan. Di lain pihak, di negara-negara berkembang, biaya implementasi otomatisasi untuk mengganti tenaga manusia masih sulit dibenarkan. Keragaman ini membuat kesenjangan digital sulit dipersempit.


2. Kepercayaan dan Ketakutan pada Apa yang Tidak Dikenali

Digitalisasi menjadi kian rumit ketimbamg sekedar menghubungkan orang melalui perangkat ponsel dan media sosial. Digitalisasi telah merembet ke ssluruh segi kehidupan manusia, dari perdagangan, mobilitas, pendidikan hingga ke layanan kesehatan. Hal yang fundamental dalam digitalisasi yang rumit ini adalah teknologi AI, yang tidak saja bermaksud meniru tetapi melampaui keverdasan manusia.

Algoritma dan model AI yang canggih seringkali sulit dipahami. Ketika manusia merasakan kurangnya kontrol, hal itu akan menimbulkan kegelisahan dan membuat mereka bereaksi secara defensif. Hal itu berlaku terutama untuk aplikasi yang membutuhkan kepercayaan tingkat tinggi, seperti manajemen keuangan, kendaraan mandiri, dan perawatan medis. Persoalan kepercayaan akan menjadi faktor penting yang akan menghambat adopsi teknologi digital.


3. Masalah Privasi dan Keamanan

AI bekerja dengan mengambil data, dan perusahaan-perusahaan mengumpulkan data dari database pelanggan, seperti transaksi masa lalu, media sosial dan sumber lain. Dengan data itu, AI menciptakan model profil dan algoritma prediksi yang memungkinkan perusahaan mempunyai pemahaman yang mendalam tentang perilaku pelanggan pada masa lalu dan masa depan. Beberapa pelanggan melihat kemampuan tersebut sebagai alat kostomisasi dan personalisasi. Namun, pelanggan lain melihatnya sebagai invasi terhadap privasi demi keuntungan komersil.

Teknologi digital juga merupakan ancaman bagi keamanan nasional. Sistem persenjataan otonom, seperti drone tempur, menjadi lebih sulit dipertahankan. Ketika setiap aspek kehidupan manusia sudah bersifat digital, negara-negara menjadi lebih rentan terhadap serangan siber. Serangan terhadap jaringan IoT dapat melumpuhkan seluruh infrastruktur digital sebuah negara. Dunia bisnis dan negara harus mengatasi masalah privasi dan keamanan tersebut, yang tetap menjadi tantangan yang signifikan dalam adopsi teknologi.


4. Gelembung Filter dan Era Pasca-Kebenaran

Baik mesin pencari ataupun media sosial telah melampaui media tradisional sebagai sumber utama informasi di era digital. Mereka berpengaruh dalam membentuk persepsi dan opini. Namun ada satu masalah yang melekat pada alat-alat tersebut: penggunaan algoritma yang kemudian menyediakan informasi yamg disesuaikan dengan profil pengguna. Hasil pencarian yang dipersonalisasi dan umpan media sosial akhirnya akan memperkuat kepercayaan yang sudah ada- menciptakan opini yang terpolarisasi dan ekstrem.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah munculnya dunia pasca-kebenaran dimana menjadi lebih sulit membedakan antara fakta dan kebohongan. Disinformasi ada di mana-mana,  dari hoaks hingga hal-hal palsu. Kemampuan AI akan mempermudah pembuata audio dan video palsu yang tampak realistis.


5. Gaya Hidup Digital dan Efek Samping Perilaku

Aplikasi ponsel, media sosial dan gim daring menawarkan stimulasi dan keterlibatan yang konstan, yang merekatkan orang ke layar mereka selama berjam-jam. Kecanduan tersebut dapat menjauhkan seseorang dari interaksi personal, kegiatan fisik, serta mengganggu kebiasaan tidur yang baik-sehingga mempengaruhi kesehatan mereka secara menyeluru serta akan mengurangi fokus pada tugas-tugas produktif. 

Teknologi digital juga membuat kegiatan sehari-hari menjadi lebih nyaman dan mudah, mulai dari memesan belanjaan hingga mencari petunjuk jalan. Hal ini membuat orang bergantung dan berpuas diri. Ketika membuat keputusan, kita mengabaikan pertimbangan kita dan mengandalkan saran algoritma AI kepada kita. Kita membiarkan mesin bekerja dengan sedikit intervensi, menciptakan apa yang dikenal sebagai bias otomatisasi. Mengatasi efek samping dari perilaku tersebut akan menjadi tantangan yang signifikan ketika digitalisasi menjadi semakin universal.

Comments