Teori Pusat Pertumbuhan: Teori Polarisasi Ekonomi, Kutub Pertumbuhan, Pusat Pertumbuhan, dan Tempat Sentral
Pusat pertumbuhan
dapat terbentuk di suatu wilayah. Terbentuknya pusat pertumbuhan dapat terjadi
secara alami atau dengan perencanaan. Bagaimana pusat pertumbuhan muncul dan
berkembang di suatu wilayah? untuk mendapatkan jawabannya, ikutilah pemaparan beberapa teori mengenai
pusat pertumbuhan atau perkembangan wilayah berikut. Teori pusat pertumbuhan
diantaranya ada teori polarisasi ekonomi, teori kutub pertumbuhan, teori pusat
pertumbuhan, dan teori tempat sentral.
1. Teori Polarisasi
Ekonomi
Teori polarisasi
ekonomi dikemukakan oleh Gunar Myrdal. Menurut Myrdal, setiap
daerah mempunyai pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh
dari pinggiran. Pusat pertumbuhan tersebut juga mempunyai daya tarik terhadap
tenaga terampil, modal, dan barang-barang dagangan yang menunjang pertumbuhan
suatu lokasi. Demikian terus-menerus akan terjadi pertumbuhan yang makin lama
makin pesat atau akan terjadi polarisasi pertumbuhan ekonomi (polarization
of economic growth).
Teori polarisasi
ekonomi Myrdal ini menggunakan konsep pusat-pinggiran (coreperiphery).
Konsep pusat-pinggiran merugikan daerah pinggiran, sehingga perlu diatasi
dengan membatasi migrasi (urbanisasi), mencegah keluarnya modal dari daerah
pinggiran, membangun daerah pinggiran, dan membangun wilayah pedesaan.
Adanya pusat
pertumbuhan akan berpengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Pengaruh tersebut
dapat berupa pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif terhadap
perkembangan daerah sekitarnya disebut spread effect. Contohnya adalah
terbukanya kesempatan kerja, banyaknya investasi yang masuk, upah buruk semakin
tinggi, serta penduduk dapat memasarkan bahan mentah. Sedangkan pengaruh negatifnya
disebut backwash effect, contohnya adalah adanya ketimpangan
wilayah, meningkatnya kriminalitas, kerusakan lingkungan, dan lain sebagainya.
2. Teori Kutub
Pertumbuhan
Konsep kutub
pertumbuhan (growth pole concept) dikemukakan oleh Perroux,
seorang ahli ekonomi Prancis (1950). Menurut Perroux, kutub pertumbuhan adalah
pusat-pusat dalam arti keruangan yang abstrak, sebagai tempat memancarnya
kekuatankekuatan sentrifugal dan tertariknya kekuatan-kekuatan sentripetal.
Pembangunan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat
tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Kutub pertumbuhan
bukanlah kota atau wilayah, melainkan suatu kegiatan ekonomi yang dinamis.
Hubungan kekuatan ekonomi yang dinamis tercipta di dalam dan di antara
sektor-sektor ekonomi.
Contoh: industri
baja di suatu daerah akan menimbulkan kekuatan sentripetal, yaitu menarik
kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan pembuatan baja, baik pada
penyediaan bahan mentah maupun pasar. Industri tersebut juga menimbulkan
kekuatan sentrifugal, yaitu rangsangan timbulnya kegiatan baru yang tidak
berhubungan langsung dengan industry baja.
3. Teori Pusat
Pertumbuhan
Teori pusat
pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville. Menurut Boudeville (ahli
ekonomi Prancis), pusat pertumbuhan adalah sekumpulan fenomena geografis
dari semua kegiatan yang ada di permukaan Bumi. Suatu kota atau wilayah
kota yang mempunyai industri populasi yang kompleks, dapat
dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Industri populasi merupakan
industri yang mempunyai pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak
langsung) terhadap kegiatan lainnya.
4. Teori Tempat
Sentral
Teori tempat
sentral dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), seorang ahli
geografi dari Jerman. Teori ini didasarkan pada lokasi dan pola
persebaran permukiman dalam ruang. Dalam suatu ruang kadang ditemukan
persebaran pola permukiman desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya.
Teori pusat
pertumbuhan dari Christaller ini diperkuat oleh pendapat August Losch
(1945) seorang ahli ekonomi Jerman. Keduanya berkesimpulan, bahwa
cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan
dengan menempatkan aktivitas yang dimaksud pada hierarki permukiman yang
luasnya meningkat dan lokasinya ada pada simpul-simpul jaringan heksagonal.
Lokasi ini terdapat pada tempat sentral yang memungkinkan partisipasi
manusia dengan jumlah maksimum, baik mereka yang terlibat dalam aktivitas
pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang yang dihasilkannya.
Tempat-tempat tersebut diasumsikan sebagai titik simpul dari suatu bentuk
geometrik berdiagonal yang memiliki pengaruh terhadap daerah di sekitarnya.
Hubungan antara suatu tempat sentral dengan tempat sentral yang lain di
sekitarnya membentuk jaringan sarang lebah seperti yang kamu lihat pada gambar
samping.
Menurut Walter
Christaller, suatu tempat sentral mempunyai batas-batas pengaruh yang melingkar
dan komplementer terhadap tempat sentral tersebut. Daerah atau wilayah yang
komplementer ini adalah daerah yang dilayani oleh tempat sentral. Lingkaran
batas yang ada pada kawasan pengaruh tempat-tempat sentral itu disebut batas
ambang (threshold level).
Konsep dasar dari
teori tempat sentral sebagai berikut.
a. Population
threshold, yaitu jumlah minimal penduduk yang
diperlukan untuk melancarkan dan kesinambungan dari unit pelayanan.
b. Range
(jangkauan), yaitu jarak maksimum yang perlu
ditempuh penduduk untuk mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkannya dari
tempat pusat. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Range selalu lebih besar dibanding daerah tempat population threshold.
- Inner limit (batas dalam) adalah batas wilayah yang didiami population threshold.
- Outer limit (batas luar) adalah batas wilayah yang mendapatkan pelayanan terbaik, sehingga di luar batas itu penduduk akan mencari atau pergi ke pusat lain.
Teori Walter
Christaller dapat diterapkan secara baik di suatu wilayah dengan syarat-syarat
sebagai berikut.
- Topografi dari wilayah tersebut relatif seragam, sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lainnya dalam hubungannya dengan jalur angkutan.
- Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, atau batu bara.
Comments
Post a Comment