Charles Lewis
Taylor dan Michael C. Hudson membuat beberapa
indikator dalam menggambarkan intensitas konflik yang terjadi dalam
masyarakat Indonesia. Indikator-indikator tersebut adalah demonstrasi,
kerusuhan, dan serangan bersenjata berikut ini.
1. Demonstrasi (a
Protest Demonstration)
Demonstrasi
adalah sejumlah orang yang dengan tidak menggunakan kekerasan, kemudian
mengorganisasi diri untuk melakukan protes terhadap suatu rezim,
pemerintah, atau pimpinan dari rezim atau pemerintah tersebut; atau
terhadap ideologi, kebijaksanaan, dan tindakan, baik yang sedang
direncanakan maupun yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah atau pihak yang
sedang berkuasa. Contoh gerakan mahasiswa se-Jabotabek yang menggelar
demonstrasi di Gedung MPR/DPR.
2. Kerusuhan
Kerusuhan pada
dasarnya sama dengan demonstrasi. Hal yang membedakannya adalah
kerusuhan mengandung penggunaan kekerasan fisik yang diikuti dengan
perusakan fasilitas umum, pemukulan oleh aparat keamanan atas
pelaku-pelaku kerusuhan, penggunaan alat-alat pengendalian kerusuhan
oleh aparat keamanan, dan penggunaan berbagai macam senjata atau alat
pemukul oleh para pelaku kerusuhan. Kerusuhan biasanya dilakukan dengan
spontanitas sebagai akibat dari suatu insiden dan perilaku kelompok yang
kacau.
3. Serangan
Bersenjata (Armed Attack)
Serangan
bersenjata adalah tindakan kekerasan yang dilakukan untuk kepentingan suatu
kelompok tertentu dengan tujuan melemahkan atau bahkan menghancurkan kekuasaan
dari kelompok lain. Indikator ini ditandai oleh terjadinya pertumpahan darah,
pergulatan fisik, atau perusakan fasilitas umum.
Jelaslah bahwa
kekerasan hanya merupakan akibat dari adanya pertentangan-pertentangan atau
konflik sosial. Konflik-konflik sosial yang terjadi tidak selamanya harus
diikuti dengan kekerasan yang akan memunculkan masalah baru. Banyak kerugian
dan penderitaan yang akan diakibatkan apalagi jika konflik tersebut tidak
memiliki tujuan yang berarti, pengorbanan yang dilakukan oleh pihak yang
berkonflik menjadi sia-sia.
Konflik-konflik
sosial yang diakhiri dengan tindakan kekerasan seperti beberapa contoh
tersebut, merupakan tahapan penyelesaian konflik yang paling buruk. Dengan kata
lain kekerasan sangat rendah tingkatannya dalam mencari alternatif pemecahan
masalah untuk dapat menghindari atau keluar dari konflik yang sedang terjadi.
Sebenarnya
konflik yang terjadi dapat berfungsi sebagai faktor positif (pendukung) dan
faktor negatif (perusak) bagi modal kedamaian sosial. Secara positif, konflik
dapat berfungsi sebagai pendorong tumbuhkembangnya kedamaian sosial. Namun,
konflik dapat memunculkan kekerasan yang menjurus kepada perpecahan.
Comments
Post a Comment